
Jakarta – PLT. Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Prof. Dr. Ir. Anugerah Widiyanto mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, menghadapi risiko bencana yang sangat tinggi, sehingga membangun ketangguhan masyarakat adalah agenda prioritas nasional.

“Salah satu pendekatan inovatif yang relevan adalah Citizen Science, ya itu keterlibatan aktif warga dalam pengumpulan analisis dan pemanfaatan data kebencanaan. Dengan pendekatan ini dinilai mampu memperkuat kesadaran lokal terhadap bencana yang terjadi secara berkala, cuaca di wilayah rentan,” kata Prof. Anugerah Widiyanto, saat membuka Workshop Citizen Science on Natural Disaster : Raising Public Awareness Through the Engagement of Vulnerable Groups in Inclusive Disaster Rism Reduction, pada Kamis, (01/05/2025).

Workshop yang diselenggarakan MOST-UNESCO, BRIN dan Universitas Budi Luhur (UBL) ini dihadiri Rektor Universitas Budi Luhur, Prof. Dr. Agus Setyo Budi, dan Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Prof. Dr. Mohammad Irhas Effendi dan tamu undangan lainnya.

Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai implementing partner, serta Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta sebagai Co Partner. Tidak hanya itu dalam kegiatan ini juga diluncurkan tiga produk inovatif dan edukatif, yaitu situs web app scrollytelling, buku panduan kesiapsiagaan warga berjudul “Kami Tangguh Kami Selamat”, dan film animasi berujudul “3 Kota 3 Cerita Satu Negeri”. Peluncuran luaran kegiatan berupa produk-produk kreatif tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan MOST-UNESCO BRIN UBL 2025.

“Dari kegiatan ini tentu diharapkan bisa memberi manfaat kepada masyarakat, khususnya kelompok rentan maupun disabilitas dan menjadi referensi model edukasi kebencanaan yang inklusif serta masyarakat Indonesia secara umum,” jelasnya.
Sementara itu Kynote Speech di acara itu, Prof. Eko Teguh Paripurno menegaskan pentingnya merangkul dan memperkuat pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas sebagai landasan untuk membangun wilayah yang benar-benar tangguh.

“Dengan menempatkan masyarakat sebagai pusat upaya kesiapsiagaan dan respons bencana, Yogyakarta dapat memanfaatkan pengetahuan lokal yang tak ternilai, kapasitas inheren dan jalinan sosial yang kuat dari masyarakatnya untuk secara efektif mengurangi risiko dan meminimalkan dampak dahsyat dari bencana di masa depan,” katanya.